Header Ads

Sebuah Perjuangan

Assalamu’alaikum wr. wb. Halo Teman-teman apa kabar? Perkenalkan nama saya Meuthia Hanifatus Sa’idah, biasanya teman-temanku memanggilku Mutia. Tetapi, kalian boleh memanggilku Tia, Hani, Hanifa atau Hanifatus. Umur saya 10 tahun, saya lahir di Jombang, 27 Maret 2004. Tempat sekolah TK saya ada dua, yang pertama saya bersekolah di TK Abata dari penitipan hingga TK A, yang kedua saya bersekolah di TKIT AR-Ruhul Jadid hingga lulus TK. Sekarang saya sudah SD, saya sekolah di SDIT AR-Ruhul Jadid Sengon Jombang. Teman-teman menurut kalian mencapai cita-cita itu mudah atau sulliit ? Teman-teman jangan dikira mencapai cita-cita itu tidak butuh perjuangan yang amat besar lhoooooo! Contohnya, umi saya bekerja sebagai PNS pajak. Dari dulu umiku bekerja sebagai PNS pajak, ada banyak kantor tempat kerjanya. Contohnya sebagai berikut : Jombang, Mojokerto, Surabaya dan Sidoarjo. Sekarang umiku kerjanya dikota Sidoarjo, berangkat kerjanya sehabis subuh (05.00) pulang kerjanya sehabis isya’ (07.30) Mungkin kalau masalah gaji sih banyak, tetapi tidak bisa seenaknya saja jadi PNS pajak yang mungkin gajinya banyak ituuu. Jadi, umiku itu lulusan STAN. Kata umiku, saat umiku kuliah di STAN ada 25 ribu orang yang diambil hanya 500 orang. Alhamdulillah umiku masuk ke 500 besar, walaupun teman-temannya banyak yang tidak masuk, tetapi umiku tetap bersemangat untuk menjadi PNS pajak. Dulu umiku termasuk keluarga yang tidak mampu, tetapi itu tidak jadi masalah buat umiku walaupun tho sekolah jalan kaki dari rumah hingga sekolahannya. SD sampai SMP, jika berangkat sekolah umiku selalu jalan, jika SD umiku jalan menempuh 2 km, sedangkan SMP umiku menempuh jalan 500 m. Jika SMA umiku menaiki sepeda onthel. Itupun tidak sia-sia, karna setiap rapotan umiku mendapatkan ringking 1, 2, atau 3. Umiku setiap hari itu belajar, walaupun umiku harus membantu orang tuanya bekerja di sawah. Walaupun begitu, umiku selalu membawa buku, karna ingin mencapai cita-citanya, hingga sekarang akhirnya umiku dapat mencapai cita-citanya yang menjadi PNS pajak. Sepadat apapun pekerjaan, yang diingat hanyalah Allah, dan yang dibawa hanyalah ketaqwaan, Al-Qur’an dan juga buku tempat tinggal ilmu. Kawan, kalian pasti ingin sekali mewujudkan cita – cita kalian, betul atau tidak ? Mencapai cita-cita bukan hal yang sepele, tetapi hal yang insya’a Allah terwujudkan aaamiiiiiinnn….. Hal-hal yang dapat mewujudkan cita-cita contohnya sebagai berikut: 

  • Berdo’a 
  • BerusahaGiat belajar 
  • Tidak putus asa
  • Sering membaca buku
  • Berbakti kepada orang tua
  • Minta do’a restu orang tua
  • Tidak merepotkan adik
  • Tidak merepotkan kakak
  • Tidak merepotkan orang tua
  • Tidak mengenal kata menyerah
  • Tidak merepotkan orang lain
Insya’a Allah jika kita melakukan itu semua, maka cita-cita akan terkabulkan aammiiiinn…… Tetapi masih baaaaaanyakkk hal yang dapat mewujudkan cita-cita kita. Sobaaattt jangan lupa…! tetap menjalankan tugas dari Allah (beribadah).

Halo teman-teman kita tadi sudah membahas tentang cara mewujudkan cita-cita dan perjuangan seorang umiku, sekarang kita akan belajar tentang apa cita-citaku ? dan mengapa aku menyukai cita-cita itu… Yuk kita mulai……………

Teman-teman kalian mengertikan pelajaran matematika? Pelajaran yang sangat terkenal rumit, membingungkan dan menyebalkan. Walaupun begitu aku saangaat… menyukai pelajaran itu dari kecil. Tetapi ada dua cerita yang bikin aku sedih. Kalian… kalian… kalian… dan kalian… ingin tahu atau tidak ceritanya ? mau…? mau…? mau…? dan mau…? okei! aku akan menceritakannyaaaa!! Te… tapiii… a…k…u… L . U . P . A Aku mikir dulu yaaa............

18 Menit Kemudian…………….

Oh……………. Yaaa…………….

Begini…

Yang pertama…… waktu itu kan ada tes untuk menjada kelas 1 aku menjadi pesertanya, saat tes menulis aku lancar… saat tes membaca aku lancar… tes terakhir adalah tes menghitung, aku tidak takut karena aku sangat suka menghitung. Saat aku masuk ruangannya biasa saja. Ternyata yang menguji tes menghitungku adalah ustadzah Ninik. Saat tes menghitung yang diperintahkan adalah mengambil bola di mangkok sejumlah 10 tetapi aku hanya mengambil 9 aku kira jawaban itu sudah benar-benar betul, ternyata satunya ketinggalan dimangkok. Saat itu ustadzah yang mengulangiku tes menghitung, ustadzah Ninik mengatakan “Mutia, kamu harus lebih teliti yaaa bila menghitung!” sambil menatapku lalu aku menjawab “ooohh iya ustadzah” “Kelar dech tesnya” ucapku dalam hati. Saat aku keluar dari kelas tes menghitung aku ditanyai teman-temanku “Mut gimana tesnya, lancar atau tidak…?” Tanya semua temanku yang aku kenal lalu aku menjawab “Lancar, tetapi ada yang salah..” jawabku sambil menundukkan kepala. Lalu teman-temanku mencoba untuk menghiburku. Aku diajak berlari-larian. Setelah aku capek, aku minum dan duduk manis, saat duduk manis aku teringat kejadian yang tadi tes menghitung.

Keesokan harinya…

“ Ada kabar gembira, bahwa mutia dan teman-temannya lulus menjadi anak SD kelas 1” kata ustadzahku, walaupun begitu aku tetap sedih karna nilai untukku yang paling buruk adalah nilai matematika (menghitung). Tetapi aku tetap semangat untuk menyukai pelajaran matematika. Saat kelas 1 aku sangat rajin belajar, apalagi belajar matematika. Tetapi setiap pelajaran matematika aku selalu memikirkan kejadianku saat tes menghitung (matematika). Hari yang aku tunggu adalah hari rapotan, hingga akhirnya, rapotan pun tiba saatnya, aku mendapatkan ringking 1 dari sekitar 21 orang satu kelasku. Namun ada hal yang membuatku sedih, hal itu adalah, setiap kali pembelajaran matematika, aku selalu memikirkan kejadianku saat tes, jadi setiap pembelajaran matematika aku bahagia, namun aku tidak fokus dalam pembelajarannya. Itu sih aku alami dari awal kelas satu hingga sekarang, namun saat pembelajaran matematika tidak hanya itu yang aku pikirkan, tetapi ada satu cerita lagi yang membuatku tidak putus asa untuk menyukai pelajaran matematika dan inspirasi bagiku. Kalian semua pingin tahu atau tidak ? Mau kan ? Begini nih ceritanya…

Pada saat itu, aku duduk dikelas 4 di semester ganjil, aku baru bisa merasakan rasanya pelajaran matematika dikelas 4 semester ganjil. Pada waktu itu hari Selasa, ada pelajaran tematik tentang matematika disitu ustadzah Sri memberi soal kepada semua murid kelas 4B yang bersekolah di SDIT Ar-Ruhul Jadid Sengon Jombang Jawa Timur Indonesia. Waktu itu ustadzah Sri bilang kalau mengerjakannya tidak usah mengobrol, karena ada anak laki-laki yang mengerjakannya cepet banget tanpa ada yang salah. Saat mengerjakan soal matematika anak laki-laki itu, dari hari Senin kemarin selalu selesai duluan, karena dia tidak pakai mengobrol jika mengerjakan, aku tidak akan menyebut nama lelaki itu. Akhirnya aku mencoba untuk mengerjakan soal matematika tanpa mengobrol, akhirnya aku selesai duluan, dalam hati aku mengatakan “Alhamdulillah” Lalu ustadzah Sri dan teman- teman melihat aku mengumpulkan tugasnya, saat itu ustadzah Sri bilang keteman-teman, “Mutia yang selesai terlebih dahulu, karena tadi ustadzah melihat mutia tidak mengobrol saat mengerjakan” Lalu ustadzah Sri bilang, dari kelima soal yang betul jawabannya hanyalah dua. Dalam hati aku bilang “Omaigath” serta bilang “Maklum sih soalnya sulit” aku malu banget. Kenapa sih saat aku kembali ketempat duduk, tiba-tiba anak laki-laki yang aku pingin kalahin waktu kecepatan mengerjakan soal matematika itu muncul untuk mengumpulkan tugasnya. Lalu aku bersegera untuk mengganti jawabanku itu yang salah. Aku bingung, aku sudah lupa caranya, lalu aku memukul-mukul kepalaku hingga akhirnya aku ingat caranya. Walaupun aku ingat caranya, tetapi aku hampir mengumpulkan yang terakhir. Saat aku mengumpulkan, akhirnya aku dapat nilai seratus. Saat aku kembali ketempat duduk aku, aku melihat teman sebelahku belum selesai mengerjakan soal matematika, namanya itu Eva, dia itu benci banget sama yang namanya pelajaran matematika. Setiap pelajaran matematika, jika ustadzah Sri memberi soal, walaupun aku agak lama selesainya teman sebelahku itu lebih lama lagi selesainya dari pada aku. Bahkan selalu bingung dan minta ajarin aku, dan aku tergantung, bila aku sudah kecapean berfikir, aku mengajari dengan cara yang sangat singkat. Aku mengajari Eva matematika, karena jika aku sedih aku selalu dihibur oleh Eva, dia itu anak perempuan kelas 4 yang suka menghibur temannya ketika temannya sedih. Aku mengajari Eva, dia menghiburku ketika aku sedih, imbang deh… he… he… he…e…e…e… jadi, intinya kita tidak boleh sombong untuk sok-sok pasti yang terbaik, tetapi hasilnya…?... Aku tidak hanya menceritakan Perjuangan untuk meraih cita-cita, cita-citaku apa? Mengapa aku suka cita-cita itu dan apa inspirasiku, tetapi aku juga memiliki suatu drama, begini ni dramamanya… 

  
I LOVE MATEMATIKA 
 
Bu Fianti (guru matematika) : (Saat mengajar disekolah) “Murid-murid disini siapa yang suka pelajaran matematika?” (Tanya Bu Fianti terhadap murid-murid dengan wajah yang senyum dan bahagia)

Murid-murid : “Tidak Bu Fi” (Sambil wajah kesal mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Bu Fianti)

Deila (murid) : “Bu, menurutku pelajaran matematika itu terkenal dengan sulit, membingungkan, dan menyebalkan, jadi aku tidak menyukai pelajaran matematika. Di desaku ada anak saaangat suka sekali pelajaran matematika, tetapi disekolahannya tidak ada pelajaran matematikanya” (sambil berdiri dan berbicara).

Bu Fianti (guru matematika) : “Betul sekali kamu Deila, memang itulah yang terkenal dari pelajaran matematika. Deila ibu mau Tanya, rumah kamu itu ada dimana sih ?” (sambil mengelus-ngelus kerudungnya Deila)

Deila ( Murid ) : “Nanti Bu Fit ikut saya pulang ya…!”

Bu Fianti (guru matematika) : “Oh iya sayang, nanti saat pulang jemput ibu dikantor yaa…!” (sambil memegang pundak deila).

Deila ( Murid ) : “Oh iya bu, nanti pulang saya akan menjemput ibu di kantor. Permisi ya bu ya, saya mau kekantin dulu bersama Gheisya, Leinsya, Viovay dan Farelan” (teman-teman sudah menunggu saya didepan kelas).

Kriiiiiinggg……………..

Bel masuk berbunyi…

Viovay (murid) : “Mana sih guru bahasa Indonesianya ?” (sambil menggaruk-garuk kepala dan berjalan menuju depan kelas)

Tiba-tiba Bu Fianti lewat depan kelas dan berhenti untuk bertanya kepada Viovay (sambil membawa buku pelajaran matematika kelasnya Viovay dan teman-teman)
Bu Fianti (guru matematika) : “Vio, Bu Angginya mana ?”
Viovay (murid) : “E…e..e…Bu Angginya tidak tau saya, saya didepan menunggu beliau”.
Bu Fianti (guru matematika) : “Ya sudah kamu masuk, lalu duduk”
Viovay (murid) : “Oh iya baik Bu…”
Tiba-tiba Bu Fianti juga masuk kekelas ( kelas 1 SMP / kelas 7 ) kelas Viovay dan teman – temannya
Farelan (murid) : “Lhoh ibu sekarang waktunya mengajar matematika dikelas sini ?” (sambil berdiri tegak).
Bu Fianti (guru matematika) : “Tidak, karena Bu Anggi tidak masuk, lebih baik diisi dengan pelajaran matematika, Gheisya silahkan disiapkan !”

Disiapkan oleh Gheisya…

Dalam hati Bu Fianti, Bu Fianti mengatakan “ Kenapa sih setiap pelajaran matematika itu anak-anak selalu tidak merasa bahagia ?

1 Jam sudah berjalan
Kriiiiiiiiiiiiiiiiingngngngngngng………………………
Saatnya untuk pulang kerumah masing-masing
Deila (Murid) : “Bu ayuk kita kerumah anak yang menyukai pelajaran matematika didesaku” (ajak deila sambil salim kepada bu fianti).

Bu Fianti (guru matematika) : “Sebentar yaa ibu ke kantor dulu, kamu tunggu digerbang pintu keluar sekolah !”

Deila (Murid) : “Ok siap bu……”
Lalu Deila berjalan menuju gerbang keluar sekolah
18 Menit Kemudian…
Deila (murid) : “Itu Bu anaknya di sawah (sambil menunjuk kearah sawah)
Bu Fianti (guru matematika) : “Terima kasih ya Dei”

Lalu Bu Fianti menuju ke sawah dan mendekati anak yang duduk dipinggir sawah. Setelah lama mengobrol Bu Fianti berfikir kalau setiap jam 2 ibu akan kerumah anak ini, walaupun rumah anak ini jauh dari rumah ibu, Bu Fianti rela menolong sama orang yang cinta matematika.

Keesokan harinya…

Saat dikelas Bu Fianti menceritakan kejadian yang kemarin terjadi disawah, akhirnya anak-anak yang tidak suka pelajaran matematika menjadi suka pelajaran matematika .

Ini cita-citaku, aku sudah menceritakan lengkap disini. Teman-teman yang ingin mengomentari hasil karyaku silahkan mendatangi sekolahanku di SDIT Ar-Ruhul Jadid di Sengon Jombang, atau menuju rumahku di Jl. Teratai Gg Randu 12 A. 





Tentang Penulis
Penulis Meuthia Hanifatus Sa’idah
Penulis adalah siswa SDIT AR RUHUL JADID dan masih mengenyam pendidikan di sekolah tersebut, saat tulisan ini di terbitkan beliau masih duduk di kelas 5.
Powered by Blogger.