Ngaji Bareng WAFA’
Pada tahun 2013 lembaga kami SDIT AR RUHUL JADID Jombang mulai menggunakan sistem pembelajaran Al Qur’an WAFA yaitu belajar Al Qur’an metode Otak Kanan. Setelah mengikuti pelatihan dan sertifikasi WAFA, Alhamdulillah saya mendapatkan segudang ilmu tentang Al Qur’an dan pembelajarannya. Subhanalloh ternyata visi dan misi WAFA memang luar biasa, diantaranya ingin melahirkan ahli Al Qur’an sebagai pembangun peradaban masyarakat Qur’ani di Indonesia.
Awal tahun pembelajaran 2013/2014 saya diamanahi oleh lembaga membimbing anak-anak kelas 1B dengan jumlah siswa 19 anak. Alhamdulillah banyak hal saya dapat, misalnya saya harus dapat menyelami anak-anak bagaimana supaya mereka enjoy dalam belajar Al Qur’an, karena mereka masih masa peralihan dari TK ke SD. Sehingga sebelum pembelajaran dimulai saya harus mempersiapkan betul hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran baik RPP (Alhamdulillah untuk buku WAFA 1 dan 2 sudah ada dari WAFA). Peraga yang saya buat kadang dari bahan bekas misalnya kardus susunya anak saya yang sengaja saya koleksi untuk membuat kartu-kartu huruf. Kemudian persiapan permainan, cerita, lagu-lagu anak Islami, nasyid dan juga sering mengarang lagu sendiri yang sesuai dengan materinya.
Alhamdulillah dengan persiapan itu semua anak-anak bisa belajar Al Qur’an dengan baik dan menyenangkan. Di kelas itu kami mempunyai siswi yang istimewa namanya Nayla. Dia masuk ke sekolah kami juga agak terlambat daftar karena berbagai hal diantaranya harus banyak konsultasi dengan para psikolog, akhirnya psikolog menyarankan sekolah di lembaga kami. Kekurangan ananda Nayla adalah matanya tidak berfungsi dengan sempurna, dia hanya bisa memfungsikan satu mata saja jadi kalau membaca sering bukunya terbalik (seperti baca di kaca).Tetapi untuk hafalannya dia lancar sekali, kalau disuruh menirukan bacaan/hafalan bisa cepat, tapi giliran untuk membaca di buku sering salah dan harus ketinggalan halaman jauh dari teman-temannya. Apalagi kalau waktunya menulis, sama sekali tulisannya tidak bisa dibaca karena bentuk hurufnya sering kebalik. Jadi saya harus kerja keras untuk mengulang-ulang waktu pulang sekolah atau kalau ada waktu kosong. Alhamdulillah saya sendiri yang menjadi guru kelasnya. Dengan menggunakan WAFA Belajar Al Qur’an Metode Otak Kanan, Alhamdulillah sambil tertatih-tatih selama setahun ananda Nayla bisa lebih lancar membacanya. Nayla juga sering mendengarkan temannya membaca dan kadang main kartu huruf agar bisa membaca dengan lancar.
Pada waktu itu hafalan di mulai dari surat An Naas sampai akhir tahun sampai surat Al Qadr dengan metode hafalan melihat benda-benda yang ada di sekitar dan WAFA buku 2 baik membacanya maupun menulisnya. Untuk menulis hurufnya saya menggunakan cara-cara unik yang membuat anak senang sebagaimana yang saya dapatkan dalam pelatihan, seperti metode cara menulis huruf arab di udara, di punggung teman kadang di pasir baru di coba di papan tulis dan dilanjutkan di buku WAFA tulis siswa. Alhamdulillah dari cara itu anak-anak bisa menulis dengan baik dan benar.
Tanggapan orang tua saat itu, Alhamdulillah sangat positif. Mereka senang anaknya bisa mengaji dengan tenang tidak tergesa-gesa, tartil dan tajwidnya benar walaupun belum sampai Al Qur’an orang tua senang mendengarnya. Apalagi hafalannya dengan tartil menggunakan nada hijaz. Setiap acara paguyuban orang tua, anak-anak sering saya tampilkan untuk tilawah di awal acara yaitu muroja’ah bersama. Dari situ orang tua merasa iri ingin bisa mengaji seperti anaknya karena pada waktu kecil seumur dengan mereka belum bisa mengaji seperti itu. Dan orang tua ingin belajar lagi seperti anaknya. Pada saat saya home visit ke rumah anak-anak, ada salah satu orang tua yang mengatakan, bahwa anaknya memberikan koreksi ke orang tuanya disaat mendampingi anak-anak mengaji di rumah ; “Kata ustadzah lagunya (nadanya) tidak begitu Ma”. Dari situlah orang tua berkeinginannya untuk belajar mengaji dan ada yang mengusulkan ada sekolah ngaji buat orang tua/wali murid.
Pada tahun pelajaran 2014/2015, saya diamanahi lembaga untuk menjadi guru Kelas 1C dan sekaligus guru Al Qur’annya di kelas tersebut yang jumlah siswanya 28 siswa, sehingga harus dibagi dua kelompok kecil yaitu kelompok 1 ada 14 siswa saya pegang sendiri dan kelompok satunya 14 di pegang oleh ustadzah Lia guru baru.
Untuk tahun ini hafalannya dimulai dari surat An Naba’ dengan menggunakan metode hafalan memakai gerakan sesuai dengan arti ayatnya, dengan mengarang bersama guru WAFA yang lain terutama yang mengajar di kelas 1. Jadi diantara guru WAFA kelas 1A,1B dan 1C harus sering koordinasi untuk gerakannya. Dari metode itu Alhamdulillah anak-anak semakin senang untuk menghafalkannya, walaupun akhir semester satu ini baru hafal surat An Naba’ dan An Nazi’at 1-10 saja. Tetapi walaupun hanya sampai surat tersebut orang tua sangat bangga dengan anak-anaknya. Apalagi seperti biasanya saya tampilkan di acara paguyuban orang tua. Orang tua salut melihat anaknya baru kelas 1 sudah bisa hafal surat yang agak panjang yaitu An Naba’ diikuti dengan gerakannya. Ada orang tua yang terharu sampai menangis mendengar dan melihat anaknya menghafal surat tersebut.
Alhamdulillah di semester satu ini saya sudah melakukan home visit ke 12 rumah anak-anak. Kesan orang tua, Alhamdulillah anaknya rajin mengaji daripada belajar pelajaran yang lain, apalagi yang sering diucapkan itu hafalan-hafalannya baik waktu mengaji sendiri atau bermain-main bahkan di mobil saat berpergian anaknya sambil muroja’ah surat An Naba’. Para kerabatnya juga heran ; “Kok sudah pintar ya..anak sekecil itu baru kelas satu SD.” Subhanalloh itu baru satu surat lho, coba kalau nanti sudah banyak yang di hafal mudah-mudahan mereka benar-benar menjadi generasi Qur’ani di muka bumi ini. Aamiin…
Ayo…ayo… yang rajin ngaji ya..
Ngaji bareng WAFA memang okke lho…
Di sini WAFA
Di sana WAFA
Di mana-mana ku baca WAFA
Ngaji WAFA bagus…
Nonton TV terus nggak bagus
Awal tahun pembelajaran 2013/2014 saya diamanahi oleh lembaga membimbing anak-anak kelas 1B dengan jumlah siswa 19 anak. Alhamdulillah banyak hal saya dapat, misalnya saya harus dapat menyelami anak-anak bagaimana supaya mereka enjoy dalam belajar Al Qur’an, karena mereka masih masa peralihan dari TK ke SD. Sehingga sebelum pembelajaran dimulai saya harus mempersiapkan betul hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran baik RPP (Alhamdulillah untuk buku WAFA 1 dan 2 sudah ada dari WAFA). Peraga yang saya buat kadang dari bahan bekas misalnya kardus susunya anak saya yang sengaja saya koleksi untuk membuat kartu-kartu huruf. Kemudian persiapan permainan, cerita, lagu-lagu anak Islami, nasyid dan juga sering mengarang lagu sendiri yang sesuai dengan materinya.
Alhamdulillah dengan persiapan itu semua anak-anak bisa belajar Al Qur’an dengan baik dan menyenangkan. Di kelas itu kami mempunyai siswi yang istimewa namanya Nayla. Dia masuk ke sekolah kami juga agak terlambat daftar karena berbagai hal diantaranya harus banyak konsultasi dengan para psikolog, akhirnya psikolog menyarankan sekolah di lembaga kami. Kekurangan ananda Nayla adalah matanya tidak berfungsi dengan sempurna, dia hanya bisa memfungsikan satu mata saja jadi kalau membaca sering bukunya terbalik (seperti baca di kaca).Tetapi untuk hafalannya dia lancar sekali, kalau disuruh menirukan bacaan/hafalan bisa cepat, tapi giliran untuk membaca di buku sering salah dan harus ketinggalan halaman jauh dari teman-temannya. Apalagi kalau waktunya menulis, sama sekali tulisannya tidak bisa dibaca karena bentuk hurufnya sering kebalik. Jadi saya harus kerja keras untuk mengulang-ulang waktu pulang sekolah atau kalau ada waktu kosong. Alhamdulillah saya sendiri yang menjadi guru kelasnya. Dengan menggunakan WAFA Belajar Al Qur’an Metode Otak Kanan, Alhamdulillah sambil tertatih-tatih selama setahun ananda Nayla bisa lebih lancar membacanya. Nayla juga sering mendengarkan temannya membaca dan kadang main kartu huruf agar bisa membaca dengan lancar.
Pada waktu itu hafalan di mulai dari surat An Naas sampai akhir tahun sampai surat Al Qadr dengan metode hafalan melihat benda-benda yang ada di sekitar dan WAFA buku 2 baik membacanya maupun menulisnya. Untuk menulis hurufnya saya menggunakan cara-cara unik yang membuat anak senang sebagaimana yang saya dapatkan dalam pelatihan, seperti metode cara menulis huruf arab di udara, di punggung teman kadang di pasir baru di coba di papan tulis dan dilanjutkan di buku WAFA tulis siswa. Alhamdulillah dari cara itu anak-anak bisa menulis dengan baik dan benar.
Tanggapan orang tua saat itu, Alhamdulillah sangat positif. Mereka senang anaknya bisa mengaji dengan tenang tidak tergesa-gesa, tartil dan tajwidnya benar walaupun belum sampai Al Qur’an orang tua senang mendengarnya. Apalagi hafalannya dengan tartil menggunakan nada hijaz. Setiap acara paguyuban orang tua, anak-anak sering saya tampilkan untuk tilawah di awal acara yaitu muroja’ah bersama. Dari situ orang tua merasa iri ingin bisa mengaji seperti anaknya karena pada waktu kecil seumur dengan mereka belum bisa mengaji seperti itu. Dan orang tua ingin belajar lagi seperti anaknya. Pada saat saya home visit ke rumah anak-anak, ada salah satu orang tua yang mengatakan, bahwa anaknya memberikan koreksi ke orang tuanya disaat mendampingi anak-anak mengaji di rumah ; “Kata ustadzah lagunya (nadanya) tidak begitu Ma”. Dari situlah orang tua berkeinginannya untuk belajar mengaji dan ada yang mengusulkan ada sekolah ngaji buat orang tua/wali murid.
Pada tahun pelajaran 2014/2015, saya diamanahi lembaga untuk menjadi guru Kelas 1C dan sekaligus guru Al Qur’annya di kelas tersebut yang jumlah siswanya 28 siswa, sehingga harus dibagi dua kelompok kecil yaitu kelompok 1 ada 14 siswa saya pegang sendiri dan kelompok satunya 14 di pegang oleh ustadzah Lia guru baru.
Untuk tahun ini hafalannya dimulai dari surat An Naba’ dengan menggunakan metode hafalan memakai gerakan sesuai dengan arti ayatnya, dengan mengarang bersama guru WAFA yang lain terutama yang mengajar di kelas 1. Jadi diantara guru WAFA kelas 1A,1B dan 1C harus sering koordinasi untuk gerakannya. Dari metode itu Alhamdulillah anak-anak semakin senang untuk menghafalkannya, walaupun akhir semester satu ini baru hafal surat An Naba’ dan An Nazi’at 1-10 saja. Tetapi walaupun hanya sampai surat tersebut orang tua sangat bangga dengan anak-anaknya. Apalagi seperti biasanya saya tampilkan di acara paguyuban orang tua. Orang tua salut melihat anaknya baru kelas 1 sudah bisa hafal surat yang agak panjang yaitu An Naba’ diikuti dengan gerakannya. Ada orang tua yang terharu sampai menangis mendengar dan melihat anaknya menghafal surat tersebut.
Alhamdulillah di semester satu ini saya sudah melakukan home visit ke 12 rumah anak-anak. Kesan orang tua, Alhamdulillah anaknya rajin mengaji daripada belajar pelajaran yang lain, apalagi yang sering diucapkan itu hafalan-hafalannya baik waktu mengaji sendiri atau bermain-main bahkan di mobil saat berpergian anaknya sambil muroja’ah surat An Naba’. Para kerabatnya juga heran ; “Kok sudah pintar ya..anak sekecil itu baru kelas satu SD.” Subhanalloh itu baru satu surat lho, coba kalau nanti sudah banyak yang di hafal mudah-mudahan mereka benar-benar menjadi generasi Qur’ani di muka bumi ini. Aamiin…
Ayo…ayo… yang rajin ngaji ya..
Ngaji bareng WAFA memang okke lho…
Di sini WAFA
Di sana WAFA
Di mana-mana ku baca WAFA
Ngaji WAFA bagus…
Nonton TV terus nggak bagus
Artikel ini ditulis oleh Ustadzah Samiasih, S.Ag. Beliau merupakan salah satu pendidik di SDIT Ar Ruhul Jadid Jombang. Ahli dalam menangani siswa yang baru masuk sekolah dasar. Kesabaran, ketelatenan dan dedikasi yang tinggi sangat tercermin dari para siswa yang berada dalam didikan Beliau. Sampai sekarang beliau tetap memegang kelas kecil di SDIT Ar Ruhul Jadid Jombang.
Post a Comment