Header Ads

Salad Warna Warni

Pada hari Jum’at,di saat pagi hari, Siti bersiap-siap untuk pergi ke sekolah Ali-Imran. “Bunda, Siti berangkat dulu ya… Assalamu’alaikum.” Siti mencium punggung tangan bundanya. “Wa’alaikumsalam warohmatullah…semoga pelajaran yang telah diberikan oleh ustadz dan ustadzah bermanfaat ya…” Bunda mendo’akan Siti yang sedang mengeluarkan sepedanya dari garasi. “Amiin….” Jawab Siti. Sitipun mengayuh sepedanya meninggalkan rumah menuju sekolah Ali-Imran. “Hati-hati di jalan ya…!” Pesan bunda pada Siti. “Iya bun!” Jawab Siti.

Saat pelajaran bahasa Indonesia, ustadzah Wati menjelaskan tentang cita-cita. “Jadi,kita harus berusaha untuk meraih cita-cita setinggi langit. Nah, karena sebentar lagi waktunya pulang, maka ustadzah hanya memilih salah satu anak untuk maju ke depan dan menjelaskan cita-citanya masing-masing. Ustadzah akan memilih yang paling tertib.” Jelas ustadzah Wati. Semua anak langsung duduk dengan tertib. “Baik, Siti silakan maju.” Ujar ustadzah Wati sambil menunjuk Siti. Siti segera maju ke depan kelas. Siti mulai menjelaskan cita-citanya.
“Assalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh.”
“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.” Jawab semua anak.
“Cita-citaku ingin menjadi koki. Aku ingin menjadi koki karena bagiku memasak itu asyik. Karena bisa memasak kue-kue untuk siapa saja. Dan kue-kue yang sudah dibuat akan dijual. Cara agar cita-citaku tercapai antara lain, belajar dengan sungguh-sungguh, selalu berdo’a kepada Allah, rajin beribadah, rajin sekolah, belajar memasak dengan benar,membantu orang tua memasak makanan, dan masih banyak lagi. Jadi, kalau saat aku sudah besar dan aku benar-benar jadi koki, kalian boleh mampir ke restaurantku, nanti aku gratisin lho! Assalamu’alaikum…” Jelas Siti dengan panjang lebar.
“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh” Jawab semua anak dengan serempak.
“Baik,silakan disiapkan!”
‘Kriing…Kriing…Kriing…!’ Bel sekolah Ali-Imran berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas. Sambil berjalan menuju tempat parkir, Siti dan Lina membicarakan cita-cita Lina.
“Kalau aku ingin menjadi pramugari. Enak, Cuma nyapa penumpang, bawain kopernya, sudah deh!Dapat uang banyak! Daripada koki, masak, keasinan dikit langsung dimarahi bosnya lho!” Cerocos Lina.
“Nggak segampang itu! Jadi pramugari juga harus melayani orang yang mengeluarkan isi perut(muntah) lho! Terus kamu tahu kan, model pakaian pramugari? Sangat mengerikan bukan?!” Jelas Siti.
“Hmm…. Iya, ya!” 
“Kalau begitu aku nggak jadi bercita-cita jadi pramugari ah, aku jadi apa ya… Sudah lah! Aku pikirkan di rumah saja. Dah…” Ujar Lina saat sampai di tempat parkir. 
“Dah juga!” Jawab Siti.
Siti telah sampai di depan rumahnya. Kemudian Siti memarkir sepedanya di garasi.
“Assalamu’alaikum… Ayah, bunda ,Siti pulang.” Ujar Siti sambil membuka pintu. Ia segera melepas sepatu dan mencari orang tuanya.
“Wa’alaikumsalam. Siti ya?” Ayah keluar dari kamar. Siti segera mencium tangan ayahnya. 
“Bunda dimana yah?” Tanya Siti pada ayahnya.
“Bunda di dapur.” Jawab ayah.
“Kalau begitu, Siti ke bunda dulu ya…” Ujar Siti.
“Oke!” Jawab ayah. Siti pun berlari menuju bundanya.
“Bunda, Assalamu’alaikum..” Ujar Siti pada bunda yang sedang menyiapkan bahan makanan.
“Wa’alaikumsalam…” Jawab bunda. Siti segera mencium tangan bundanya.
“Bunda mau masak apa?” Tanya Siti.
“Bunda mau masak pizza.” Jawab bunda.
“Siti aja yang masak ya! Biar Siti pintar masak dan bisa jadi koki.” Ujar Siti.
“Boleh.” Jawab bunda. Siti mulai memasak pizza.
Beberapa menit kemudian, masakan pizza ala Siti pun sudah jadi.
“Semoga cita-cita Siti tercapai ya!” Ujar Siti sambil meletakkan pizza buatannya di atas piring.
“Amiin…” Jawab bunda.
“Nah, sekarang tolong Siti panggilkan ayah ya…” Tambah bunda.
“Oke bunda cantik!” Jawab Siti sambil berlari meninggalkan bunda menuju ayah.
“Ayah ayo makan dulu!Dijamin enak deh!” Seru Siti.
“Makan apa Siti?” Tanya ayah.
“Makan pizza!” Jawab Siti dengan semangat.
“Oke kalau begitu! Ayo Siti!” Ajak ayah. Mereka pun makan bersama.
Setelah makan pizza, ayah, bunda, dan Siti mencuci tangan dan piringnya masing-masing.
“Tadi siapa yang masak pizza? Enak sekali! Seperti yang dijual di toko!” Tanya ayah. Bunda dan Siti tersenyum sambil berpandangan.
“Tentunya tuan koki dong..” Ujar bunda.
“Tuan koki!? Berarti ini beli dong?!”Tanya ayah bingung.
“Buat apa beli? Di sini kan, sudah ada kokinya!” Ujar bunda.
“Hah! mana!? Siapa!?” Tanya ayah kebingungan sambil menoleh kanan kiri.
“Kokinya ada di depan mata! Chef Siti!” Ujar bunda.
“Wow! Pantas diberi hadiah nih! Ayah janji akan memberi hadiah pada chef Siti Maryani! Mau tidak?” Tanya ayah.
“Mau ayah! Hadiah apa!?” Siti bertanya penuh harap.
“Hadiah… Tepuk tangan!!!” Ujar ayah sambil tepuk tangan. Ayah dan bunda tertawa terbahak-bahak.
Pada tanggal 20 Desember 2015, saat Siti berangkat sekolah… Siti berjalan menuju kelas VII. Siti merasa aneh,karena kelasnya sangat sepi. Padahal, biasanya jam segini sudah banyak anak didepan kelas. Siti segera meletakkan sepatunya di rak sepatu.
‘Aneh, kok pintunya ditutup ya?’ Tanya Siti dalam hati.
‘Krieek’Siti membuka pintu kelasnya. Tiba-tiba…
“DOR! HAPPY BIRTHDAY SITI!” Ujar semua anak kelas VII. Sekarang,dihadapannya sudah ada kue ulang tahun beserta lilin berbentuk angka 13. Disebelah kue itu, terdapat banyak kado yang sudah dibungkus rapi.
“Hei! Tunggu! Apakah hari ini aku ulang tahun?” Tanya Siti terkejut.
“Ha!? Kok kamu nggak tahu hari ulang tahunmu sendiri?!” Tanya Lina tak percaya.
“Tahu sih, tanggal 20 Desember kan? Tapi sekarang kan tanggal 18?” Tanya Siti bingung. 
“Sekarang itu tanggal 20 Siti…” Ujar Mira.
“O,ya! Yang merencanakan ini semua itu Lina lho!” Ujar Tina.
“Be..benarkah!? Terima kasih Lina.. Kau adalah sahabatku yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi terima kasih Lina…” Ujar Siti dengan menangis karena terharu.
“Sama-sama Siti.. Aku juga tidak akan melupakanmu…Hiks…Hiks…” Lina pun juga ikut menangis karena terbawa suasana. Beberapa anak juga sudah mulai meneteskan air matanya. Beberapa menit kemudian, setelah mereka sudah mulai tenang..
“Ehm…Ya sudah, ayo sekarang lilinnya ditiup terlebih dahulu.” Ujar Tina. Siti mulai menarik nafas dalam-dalam.
“Fuuuhh” Siti telah meniup lilin yang ada di depannya.
“Yey! Yes! Is…Very good!!! Yes! Yes! Yes!” Ujar semua anak kelas VII.
“Nah, sekarang buka kadonya dulu ya…”Ujar Lina.
“Satu, dua, tiga!” Tambah Lina.
“Buka kadonya! Buka kadonya! Buka kadonya sekarang! sekarang..Juga! Sekarang,juga…” Seru anak kelas VII. Sitipun mengambil salah satu kado. Ia mengambil kado dari Tina. Perlahan-lahan ia membuka kado itu. Siti membukanya dengan sangat berhati-hati. Ternyata isi kado itu adalah tiga buku resep. Siti sangat senang.
“Terima kasih banyak Tina…” Ujar Siti kepada Tina dengan gembira.
“Sama-sama..” Jawab Tina. Siti mengambil surat dari Tina yang ada didalam kado. Begini isinya..
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh… Selamat ulang tahun Siti.. Semoga panjang umur.. Aku memberikan kado ini agar Siti pintar memasak.Bisa membuatkan kue untuk orang tua, bisa membuat bekal sendiri, dan lain sebagainya. Sudah dulu ya… Assalamu’alaikum warohmatullah…
Siti tersenyum. Kemudian,Siti mengambil sebuah kado. Kado itu dari Mira. Siti segera membukanya. Isinya adalah dua buku resep dan lima nutrijell.
“Terimakasih Mira…” Ujar Siti terharu.
“Sama-sama Siti..” Jawab Mira.
“Suratnya dibuka di rumah saja ya…” Tambah Mira.
“Oke!” Jawab Siti.Siti membuka kado dari Lisa. Isinya adalah lima buku resep dan sebuah buku berjudul ‘Cara mudah memasak kue’. Siti memasukkan semua kado kedalam keresek besar dari Lisa.
“Yang lain aku buka di rumah ya..” Ujar Siti.
“Iya nih.. Sebentar lagi kan sudah bel…” Jawab Lisa. 
“Sekarang kuenya di makan ya…” Tambah Lisa.
“Yang membuat kue ini kita lho! Jadi agak jelek. Tapi rasanya pasti enak!” Ujar Mira. Mereka pun memakan kue buatan kelas VII. Tiba-tiba bel berbunyi. Mereka segera membereskan semua peralatan.
“Kriing… Kriing… Kriing…” Bel pulang sekolah Ali-Imran berbunyi. Siti segera mengayuh sepedanya menuju rumah.
“Assalamu’alaikum.. Ayah, bunda, Siti pulang…” Ujar Siti. Ia langsung menuju orang tuanya. Siti segera mencium tangan orang tuanya.
“Siti cepat ganti baju ya… Lalu segeralah tidur biar tidak capek. Soalnya,besok kita akan berkemah di hutan dekat rumah nenek. O,ya selamat ulang tahun ya… Bunda senang anak bunda sudah besar.” Ujar bunda.
“Oke bunda. Daah…” Jawab Siti. Siti segera meninggalkan orang tuanya.
“Krieek..” Siti membuka pintu kamarnya. Ia segera berganti baju. Siti mengenakan pakaian rumahnya. Kemudian, ia menuju tempat tidurnya. Ia menemukan kado yang sudah terbungkus rapi. Siti membuka kado itu. Kado itu dari ayah dan bunda. isinya adalah sebuah celemek, dua buku resep, dan sebuah surat. Siti membuka surat dari orang tuanya. isinya adalah...
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Selamat ulang tahun Siti! Semoga tambah pintar ya! Ayah dan bunda memberi ini agar Siti menjadi pintar masak. Sekarang Ayah dan Bunda mau ke supermarket dulu buat beli bahan untuk membuat bekal untuk kemah. Nanti sore yang membuat bekal untuk kemah Siti ya…Oke!? Ya sudah ya! Sekarang Siti tidur dulu! Daah….!!! Wassalamu’alaikum warohmatullah…
Siti menutup surat itu.Ia segera membereskan semua benda-benda yang ada di atas tempat tidur. Kemudian, Sitipun tidur dengan nyenyak.

Siti terbangun akibat guncangan dari bunda.
“Siti, ayo bangun. Sholat asar dulu ya!” Ujar bunda membangunkan Siti.
“Iya bun, Siti bangun..” Jawab Siti. Ia beranjak dari tempat tidurnya. Kemudian, Siti segera mengambil air wudhu dan melakukan sholat ashar.
“Nah, sekarang ibu sudah menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Sekarang Siti akan memasak salad warna-warni. Bunda akan menyiapkan baju untuk Siti bawa saat kemah. Resepnya ada diatas meja ya…” Ujar bunda.
“Oke!” Jawab Siti. Siti pun mengambil resep salad warna-warni di atas meja. Isinya…

RESEP SALAD WARNA-WARNI
Bahan: 

  • Udang cocktail 12 ekor
  • Paprika 3 warna masing-masing ½ buah
  • Jamur enoki 1 bungkus
  • Kertas nasi 6 lembar
  • Saus cabai dan saus kacang

Cara membuat:

  • Cabut jamur enoki yang sudah bisa di makan dengan tangan dan potong bagian akarnya.rebuslah udang cocktail ke dalam air panas dengan api kecil.
  • Potong bersih paprika, potong mendatar setebal 0,5 cm lalu ambil batangnya dan bagi menjadi dua
  • Masukkan kertas nasi ke dalam air yang hangat lalu angkat, tempelkan yang sudah disiapkan dengan perlahan- lahan
  • Gulung bahan-bahan tersebut. Masakan siap di hidangkan!

Siti tersenyum. Kemudian Ia membuat sesuai dengan yang ada di kertas resep itu. Ia membuat dengan sangat berhati-hati

Beberapa menit kemudian.. Masakan salad warna-warni telah siap untuk disantap. Siti membuat salad itu 60 bungkus.

“Bagaimana kalau 6 bungkus salad kita buat makan malam. Sedangkan sisanya dimakan saat kemah. Setuju atau tidak!?” Usul bunda.
“Sepatu…. Eh, salah… Maksudku setuju… He.. He.. He..” Canda Siti. Mereka tertawa terbahak-bahak. 
Keesokan paginya… Siti sudah bersiap-siap untuk berangkat kemah.
“Asyik….Kemah di hutan…!!!” Seru Siti senang. Mereka segera memasukkan barang-barang ke dalam mobil. Kini mereka semua sudah siap untuk berangkat kemah. Ayah, bunda, dan Siti sudah masuk ke dalam mobil.
“Sudah siap semua untuk kemah?” Tanya Ayah.
“Siap dong…!” Jawab Siti. 
Beberapa menit kemudian, Siti dan keluarganya sudah sampai di hutan di dekat rumah neneknya. Lebih tepatnya di Surabaya. Ketika Siti sampai Siti melihat bibinya yang bernama bibi Selly sudah datang. Bibi Selly datang bersama paman Nuri, Dan dua saudara Siti. Seva dan Reva. Ya, mereka adalah saudara kembar. Siti segera turun dari mobilnya. Ia mengambil tas bergambar hello kitty-nya dan bekal buatannya. Ayah dan bunda mengambil tas mereka masing-masing dan membawa sebuah tenda besar serta dua buah tikar. Tenda dan tikar yang dibawa oleh mereka itu tahan air. Sehingga, apabila sedang hujan, mereka tidak akan kebanjiran. Siti meletakkan barang bawaannya diatas tikar yang sudah digelar. Siti menghampiri dua saudara kembarnya yang sudah duduk rapi di atas tikar yang mereka bawa sendiri.

“Assalamu’alaikum Seva! Reva!” Ujar Siti sambil menjabat tangan saudaranya.
“Wa’alaikum salam…” Jawab Seva dan Reva bersamaan.
“Kamu kok ikut-ikut aku sih! Kan, aku duluan yang jawab salamnya… Siapa namamu?”Tanya Seva pada Siti.
“Hu… Namanya saja tidak tahu! Berarti yang jawab salamnya duluan kan, aku… Weeek…!!! Ha! Ha! Ha!” Ejek Reva.
“Emangnya kamu tahu namanya?” Tanya Seva. Seketika wajah Reva merah menahan malu.
“Ng… He… He… He… Nggak tahu..” Jawab Reva malu. Siti yang melihat kejadian itu hanya kebingungan.
“Maaf ya Siti! Seva dan Reva memang suka tengkar walaupun hanya hal sepele! Jadinya begini deh!” Jelas bibi Selly.
“Iya tidak apa-apa kok!” Jawab Siti. Ia menghampiri kedua saudara kembarnya.
“Seva, Reva, sudah belum bertengkarnya? Kalian itu jangan disamakan dengan Tom and Jerry dong… Bikin malu aja!” Ujar Siti.
“Eh.. Iya Siri!”
“Namaku Siti! Masa’ kalian sudah lupa? Padahal kan, baru satu tahun yang lalu kita bertemu. Kok Siti diganti Siri sih!?” Ujar Siti kesal.
“Tuh.. Kan, kamu ini bikin Siri marah gara-gara kamu manggilnya salah!” Ujar Seva.
“Kamu sendiri tuh, yang manggilnya salah! Aku tadi kan, cuman salah omong!” Ujar Reva membela dirinya.
“Aku juga salah omong kok! Week…!!!” Seva tak mau kalah.
“Tuh,kan… Mulai lagi..” Ujar Siti pura-pura kesal.
“Iya tuh, Dasar Reva! Lihat, Siti marah lagi gara-gara kamu tuh!” Ujar Seva menuduh.
“Kamu!”
“Kamu!”
“Kamu kok…!!! Gak mau ngaku ya! Aku bilangin polisi lho!” Ancam Reva.
“Polisi!? Emangnya ada, polisi di hutan?! Hahahaha….!!! Huahahahaha..!!!!” Seva tertawa terbahak-bahak.
“Ada lah! Tuh! Papamu sendiri!!! Papamu kan, kalau marah galak!! Hahaha…!” Kini yang tertawa adalah Reva.
“Jangan meledek pap..” Ucapan Seva terputus karena Siti marah.
“Diaaaammm!!!!!!!” Siti berteriak.
“Kalau kalian bertengkar terus, ya sudah ya… Aku pulang saja! Bye..” Siti berpura-pura meninggalkan mereka berdua. 
“Iya deh Siti.. Kami janji tidak akn bertengkar karena hal sepele saat sedang berkemah tahun ini..” Ujar Seva dan Reva bersama.
“Bukan hanya saat kemah! Di saat yang lain juga! Oke!?” Tanya Siti. 
“Oke deh! Iya kan Reva!?” Jawab Seva meminta persetujuan saudaranya.
“Ya iyalah…! Masa’ ya iya dong..?” Ujar Reva bercanda. Siti, Seva, dan Reva tertawa.

Siti memandang arlojinya. Jam sudah menunjukkan pukul 18:00.Siti mengajak semua orang yang di tenda untuk sholat.
“Eh, teman-teman! Sekarang sudah jam enam malam lho! Ayo sholat maghrib dulu!” Ajak Siti.
“Iya!” Jawab Seva dan Reva bersamaan. Hampir saja Seva buka mulut tapi untung saja langsung diingatkan oleh Siti.
“Eits! Kalian tak boleh marah ma…”Siti mengingatkan dengan cara bicara yang seperti mei-mei. Seva dan Reva tersenyum.
“Hahaha…”Mereka tertawa kecil.

Akhirnya mereka semua sudah selesai sholat maghrib. Kini, saatnya mereka makan..

“Eh, ayo makanannya dikeluarkan..Aku sudah tidak sabar nih!” Ujar Reva sambil memegangi perutnya yang buncit. Semua orang yang ada di dalam tenda tertawa.Mereka mengeluarkan bekal mereka. Keluarga Siti membawa 54 bungkus salad warna- warni dan blueberry yoghurt. Sedangkan, Keluarga Seva dan Reva membawa 54 bungkus kimbab dan yoghurt buah. Mereka memakan semuanya makanan yang sangat nikmat. Setelah memakan bekal makan malam itu, mereka segera sholat isyak dan tidur di tenda.

Jam sudah menunjukkan pukul 11:50. Keluarga Siti dan keluarga kedua saudara kembar itu sudah bersiap- siap untuk kembali ke rumahnya. Mereka saling berpamitan.

“Selamat tinggal Siti, Aku minta maaf karena aku dan Reva sudah membuat Siti marah.. Maaf ya Siti..” Ujar Seva sambil menangis.

“Iya Siti.. Aku juga minta maaf..” Ujar Reva.
“Aku juga minta maaf karena sudah marah pada kalian.. Ingatlah janji kalian..”Ujar Siti ikut menangis. Akhirnya, mereka pulang ke rumah mereka masing masing. 

Delapan tahun telah berlalu. Kini, Siti berada di tempat pendaftaran para koki. Ia menunggu dipanggil. Beberapa menit kemudian, Siti dipanggil.

“Sebutkan nama!” Ujar pelayan tersebut.
“Siti Maimunah.” Jawab Siti. Pelayan tadi terlihat sedang mencari nama Siti di buku catatannya. Kemudian, pelayan itu tersenyum.
“Oke Siti Maimunah silakan masuk..” Ujar pelayan tadi dengan lantang sehingga orang di belakang Siti terdengar. Orang itu terlihat terkejut. Siti pun berjalan menuju ruang pengambilan pakaian koki. Pelayan itu bertanya pada orang dibelakang Siti.

“Nama?” Tanya pelayan tersebut.
“Lisalika.” Jawab orang itu. Seketika langkah Siti terhenti.
“Li…Lisa!? Kamu Lisa kan!?” Tanya Siti kepada orang itu.
“Be.. Benar! Ka.. Kalau begitu, berarti kamu.. Si.. Siti!?” Jawab orang itu seolah tidak percaya.
“Oh, Sahabatku.. Akhirnya kita bertemu ya!” Ujar Siti terharu.
“Alhamdulillah… O,ya! Tadi aku bertemu Mira lho! Dia adalah salah satu pengunjung di restaurant kita!” Ujar Lisa.

“Alhamdulillah…”


Tentang Penulis
Penulis Shofiyyah Nurul Jannah
Penulis adalah siswa SDIT AR RUHUL JADID dan masih mengenyam pendidikan di sekolah tersebut, saat tulisan ini di terbitkan beliau masih duduk di kelas 5.
Powered by Blogger.