Header Ads

POLISI CILIK JOMBANG

Aku akan menceritakan pengalamanku menjadi polisi cilik. Awalnya sih, aku enggan mengikuti seleksi, tapi mau bagaimana lagi, aku terpilh menjadi perwakilan sekolah untuk kembali di seleksi di Satlantas Polres Jombang. Aku ceritakan dari awal ya..
Saat waktunya Pramuka, ustadzah Norma, guru pramuka dan olahraga saat itu sedang mengajar pramuka kelas enam dan kelas lima. Awalnya kami disuruh berbaris tertib dengan, sikap sempurna. Lalu ustadzah berpindah mengajar pramuka kelas enam sebentar untuk disuruh berdiri tegap sikap sempurna selama sekitar sepuluh menitan. Kemudian kembali ke kelas lima.
“Ustadzah akan menyeleksi kalian untuk di ikutkan polcil yang akan diseleksi kembali di Satlantas sana” sedikit yang berbicara, berbisik.
“Ada yang mau jadi polisi?” tanya ustadzah. Awalnya tidak ada, setelah ditanya lagi, ada satu anak angkat tangan, dua anak, tiga anak, sedikit anak yang mengangkat tangan. Langsung saja ustadzah menyeleksi mulai dari hadap. Saat hadap kanan kiri balik kanan dan hadap serong, aku berharap aku disuruh ustadzah untuk kembali duduk yang artinya, tidak ikut.
Satu per satu temanku mulai kembali. Setelah itu tes hadap lagi, lagi dan lagi. Ada duabelas perempuan dan duabelas laki-laki yang sudah terpilih. Waktu pramuka sudah habis. Ustadzah menyuruh kembali ke kelas masing masing. Esoknya, duapuluh empat anak itu diseleksi lagi. Berkurang satu, berkurang tiga, berkurang lima. Tinggallah sekitar lima belas anak.
Latihan selanjutnya, diajarkan ustadzah cara berjalan, jalan ditempat dan PBB lainnya. Latihan terakhir, satu anak kembali dikurangi. Yang tidak mengikuti seleksi pocil adalah salah satu teman perempuanku. Setahuku, ia ingin sekali mengikuti pocil, tapi ustadzah tidak memilihnya.
Tiba hari penyeleksian anggota polcil. Setiap sekolah hanya boleh mengeluarkan sepuluh anak untuk diseleksi. Karena jumlah anak di sekolahku melebihi sepuluh, akhirnya dipilihkan lagi oleh ustadzah menjadi sepuluh anak. Kemudian di bariskan urut ketinggian. Aku termasuk di barisan belakang, tapi masih ada yang lebih kecil dari aku.
Dimulailah seleksinya. diseleksinya per banjar. Yang akan tergabung adalah yang paling bagus gerakannya, kemudian ditanyai namanya untuk dibacakan saat terpilihnya anggota. Saat baris ber baris, ada perintah yang belum di ajarkan, tapi aku sudah menegetahuinya dari gerakan gerakan baris berbaris yang pernah aku lihat di youtube, dan saat sekolahku mengikuti lomba PBB. Saat di istirahatkan oleh pak polisi, satu per satu ditanyai namanya. kemudian ia mendatangiku.

"namanya siapa?"
"siap zahra"
"ooo. ini lho pak, zahra"

Setelah sudah ditayai semua yang dipilih, dibubarkan. lanjut seleksi banjar selanjutnya.

"Mbak, lolos ta?" tanya temanku.
"nggak tahu. emangnya kalo lolos tandanya apa?"
"lha tadi mbak ditayai namanya apa enggak?"
"iya, emang kenapa?"
"kalo ditanyain, berarti kepilih mabk...."
"oo gitu ta."


Setelah sudah terpilih, mulai latihan. Temanku yang lain sudah pulang duluan naik elf sekolah. Sementara tas ku yang dibuat untuk menampung jajanan, dibawa pulang. hari selanjutnya, hari selanjutnya, terus.... latihan dengan giat. Terus latihan dengan baik dan giat walaupun masih sedikit berantakan dan kurang rapi.

tiba hari saat lomba, aku datang pagi pukul empat pagi. masih sepi. tak ada siapapun kecuali satpam disana. Kemudian temanku, Amel, datang. Masih sepi juga. Lama lama, semua datang. Kemudian mbak polwan datang. yang perempuan di make up dahulu. Kalau pas make up terpaksa lepas kerudung nih, waduh.....

Urusan make up telah usai. tinggal pakai kerudungnya. jangan salah, kalau pakai kerudungnya harus hati hati, biar meke up nya nggak berantakan lagi. Awalnya, dalam ruangan tersebut, hanya ada polwan dan ibu- ibu lain yang akan bantu make up. Tapi kemudian, ada yang laki-laki.. waduh tambah gawat. Aku sudah ngga pakai kerudung,make up an lagi.. Malu, auratnya kelihatan.

Sebenarnya, Jombang mendapat nomor urut peserta no. 9. Polcil dari no peserta 1-10, akan mengikuti upacaranya. Tapi karena jombang lama make up nya, jadinya tidak ikut upacaranya deh. Waktu selesai make up, aku keluar mencari bundaku.
"Bunda, tempatku dimana?"
"Tempatmu di sini, ikut bunda." Bunda mengajakku untuk naik bus khusus anak-anak polcil, orangtua sendiri.
"Disini, di sampingnya mbak Aisy" Ya, sekarang aku sudah menemukan kursiku, Tinggal mencari dimana mbak Aisy dan Marsha. Tadi aku make up duluan, jadi aku enggak tahu dimana mereka sekarang. Aku masuk lagi ke ruangan itu, dan menemukan mereka berdua lagi antre make up di kak polwan yang lain.

Akhirnya bus jalan juga. Tapi kok nggak ada mobil patroli polisi yang mengawal ya? Salah satu temanku bertanya pada bu Bidari, salah satu pendamping.
'Lho bu, kok nggak ada yang ngawal bu?"
"Iya bu, kok nggak ada, biasanya kalo berangkat polcil kan perlu di kawal polisi. Kok sekarang nggak ada ya?"
"Nggak, ada kok tenang aja, ada yang ngawal kok nanti."

Bus berhenti di pom bensin. Isi bensin yang cukup untuk perjalanan nanti. Berhenti sejenak,lalu bus mulai jalan kembali.Kini di depan bus sudah ada mobil patroli polisi. Dengan mobil ini, ngga bakalan kena macet deh, langsung trobos lewat tengah-tengeh lajur. Sekarang sudah sampai surabaya. Sudah hampir jam tujuh. Sekarang hari selasa. Jalanan di sana saaanggaat padat. Panas pula rasanya. panaaasss sekali.

Akhirnya sampai juga di Polda Jatim. Sampai sana, masih harus cari parkir untuk dua bus. Kemudian akhirnya parkir dekat aula yang di pakai untuk lomba. Terdengar dari luar suaranya sangat menggelegar. Suara-suara yang menunjukan bahwa mereka sangat bersemangat. Ganti dulu bajunya, pakai baju seragam polisi lengkap dengan topi, sabuk, selempang, sepatu vantovel hitam. Yang laki-laki, entah ganti dimana. Yang perempuan gati di bus. Aku ganti baju dengan dibantu bunda melepas kaosku, supaya make up nya enggak rusak. Tentu saja juga ditutupi.


Selesai ganti baju, harus memasang pangkat rumbai, selempang, sabuk dan selendang. oh ya, Polisi Cilik Jombang ada variasi narinya juga lhoo. Selesai memakai, langsung berkumpul di lapangan dekat sana. Make up nya yang luntur, rusak, akan di benerin sama bu polwan. Setelah itu masuk ke aula yang digunakan. Sambil menunggu giliran, kami menonton aksi pocil yang lain. Bagus-bagus dan rapi. Variasinya juga bagus. Kami jadi khawatir nanti kalo salah, jelek. Tapi untung perasaan itu langsung hilang dari ucapan semangat, harus pede, harus percaya kalau Jombang yang terbaik.

Waktunya no peserta 8 tampil. Pocil jombang brsiap untuk tampil. Dag dig dug. Jantungku berdetak kencang. Pikiran negatif mulai di benakku lagi. Tapi, aku hatus tetap semangat dan percaya diri. Kalah menang, itu tak apa. Tang penting Jombang sudah menunnjukkan kebolehannya. Bismillah... Bismillah... Bismillah... Ya allah...





Tampil juga akhirnya. saat aba-aba langkah tegap maju di teriakkan oleh danton, detak jantungku mulai normal kembali. Entah mengapa. Semua bersemangat. Langkahnya di hentakkan sekeras-kerasnya dan mencoba agar barisan tetap lurus. Juri ada di depan belakang kanan kiri. Mengamati gerak-geriknya. Teriakkan para supporter jombang sangat keras membuat kami semakin bersemangat, semakin yakin. Gerakan demi gerakan telah di lakukan. Tapi, karena teriakkan supporter yang sangat keras dan aba-aba danton yang sedikit tidak sama seperti latihan membuat kami sedikit bingung. Ada saja gerakan yang salah, menginjak batas garis, dan lain sebagainya. Tapi hal itu tidak melunturkan rasa semangat. Walaupun keringat terus membasahi wajah, punggung, dan semua anggota tubuh, kami tetap semangat demi mengharumkan nama Jombang. Akhirnya tampilan selesai. Waktu yang ditentukan pas sekali. Mungkin hanya lewat beberapa detik.

Akhirnya pun kami pulang. Sebelum itu, kami menuju masjid al-akbar surabaya untuk menunaikan sholat dzuhur. Beristirahat sejenak, kemudian berangkat lagi. Di bus, semua saling mengobrol.

"He, kalo kita lombanya selesai, berarti kita wes gak ketemuan maneh.."
"Lhoo iyo, wes gak ono latihan maneh, lombane wes mari"
"Enggak, tetep ketemu. Kan nanti tampil-tampil. Perlu latihan lagi"
'Tapi kan enggak latihan rutin kayak biasanya"
"Iyo se"
"hmhmhm"

Perjalanan puloang macet lagi. Di tengah jalan, kami bertemu kelompok pocil yang lain yang baru datang di tengah kemacetan. Akhirnya sampai di jomabng lagi dengan selamat. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, masih ada ap^el sebelum pulang. Ada beberapa atribut yang di simpankan oleh polisi.

Akhirnya semua pulang bersama orang tuanya masing-masing. Rasa kangen pun mulai muncul keesokan paginya. Aku tak masuk sekolah, izin sakit. Saat malam, muncul pengumuman dari group pocil. Alhamdulillah, Jombang dapat juara harapan dua. Alhamdulilllaaaaaaah, terima kasih ya Alllah....


Penulis :
Zahra Izzatul Haq, salah satu siswi SDIT Ar Ruhul Jadid yang duduk di kelas 5B, berpenampilan kalem, pintar dan murah senyum. Punya bakat menulis yang sedang berkembang, yang bisa dilihat di blog barunya https://zahraizzatulhaq.blogspot.co.id/ . Meski masih perlu diasah lagi bakatnya, perlu juga kita dukung dengan mengunjungi blog nya dan memberikan apresiasi serta beberapa saran yang membangun untuk semakin meningkatkan kemampuannya. Semangat terus menulis Zahra, smoga kelak hadir buku kumpulan karyamu.

Powered by Blogger.