Semangat 45 Pak Maksum
Melihat seorang anak menjadi penghafal
Al-Qur’an adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi orangtua,
khususnya seperti yang dirasakan Bapak Muhammad Maksum. Pak Maksum,
sapaan akrabnya belum lama ini mendapatkan kabar dari pengasuh Pusat
Pendidikan Anak Sholeh (PPAS) Hidayatullah Blitar, Jawa Timur,
bahwasannya putranya yang bernama Rohmatullah mendapatkan kesempatan
untuk melanjutkan belajar di Ma’had Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah,
Surabaya. Sekolah tingkat Menengah Pertama (SMP) ini merupakan sekolah
yang tidak sekedar menerima siswa baru, melainkan berbagai seleksi akan
ditempuh oleh siswa baru dan harus memiliki hafalan Al-Qur’an terlebih
dahulu. Kabar gembira ini langsung dirasakan oleh Pak Maksum, karena
anaknya Rohmatullah yang semenjak duduk di Sekolah Dasar Integral Yaa Bunayya, Blitar sudah belajar dan menerima hafalan Al-Qur’an sebelumnya yang akhirnya mudah diterima di Ma’had Darul Hijrah.
Ketinggalan Kereta
Pagi
harinnya Rohmatullah harus segera berangkat di Surabaya. Tiba di pagi
hari, Rohmatullah yang sudah didampingi oleh pengasuh Pondok Pesantren
Hidayatullah Blitar, Khairul Umam menanti kehadiran Pak Maksum di
Stasiun Kota Blitar. Tepat pukul 07.00 WIB Kereta Api Penataran Jurusan
Surabaya tiba, hanya berkisar 5 menit Kereta Api berhenti dan harus
berangkat, tapi Pak Maksum belum terlihat di area Stasiun, akhirnya
Khairul umam bergegas dengan Rohmatullah untuk menaiki Kereta Api. Tak
lama kemudian Pak Maksum tiba, setiba di Stasiun dia mondar-mandir
mencari anaknya, di setiap penjuru stasiun dia cari, akhirnya dia
bertanya kepada salah satu petugas stasiun.
“Permisi Pak, Kereta Api jurusan Surabaya apakah sudah berangkat?” tanya Orang Tua Rohmatullah tersebut.
“Sudah pak, barusan” jawab salah petugas keamanan Stasiun Blitar.
Dia
melihat jam yang ternyata sudah melewati batas pemberangkatan, tak
pikir panjang pak Maksum memberanikan diri berangkat dari Blitar ke
Surabaya dengan sepeda bututnya yang tidak ada lampu depan, ritingnya
putus, roda duannya sudah tak layak pakai, tidak ada plat nomor, kedua
remnya tidak berfungsi, helm tidak ada dan joknya berupa tumpukan karpet
bekas yang diikat karet ban.
“Saya
merasa ini adalah sebuah keharusan untuk mensupport anak saya, ini
adalah rasa syukur saya, tetapi dengan kemampuan apa harus ke sana,
fisik saya sudah tidak mengikuti, kendaraan saya seperti ini, belum tau
jalan, tapi saya serahkan semua kepada Allah, pasti saya akan diberi
kemudahan sampai di sana” kata lelaki kelahiran Blitar 1963 ini.
Mulailah
pak Maksum berangkat dari Blitar menuju Surabaya, berbagai hambatan dan
kesulitan dia rasakan, mulai macetnya lalu lintas, tenggak tenggok
melihat arah, tanya kesana-kemari dia lakoni demi putrannya yang
berhasil melanjutkan sekolah di Ma’had Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah,
Surabaya. Dalam perjalanannya tiba-tiba sepeda motornya mogok tengah
jalan, daya baterai HP-nya pula habis, tapi semua itu dia nikmatin
dengan hati gembira.
Dibuntuti Polisi
Sesampai
di Kota Sidoarjo, Pak Maksum diperhatikan sebagian polisi, karena
melihat kendaraan yang tak layak dipakai itu, beberapa polisi
mengikutinnya. Kelelahan dalam
perjalanan menuju Surabaya dia lalui dari Blitar, Malang, Pasuruan,
Sidoarjo, Surabaya yang menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh
jam, sesampai di Surabaya Gubeng dia merasakan kebingunan kemana dia
harus mencari lagi dan dia juga lupa nama lengkap Ma’had Tahfizdul
Qur’an Darul Hijrah, akhirnya dia mulai kelelahan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
tentunnya tidak akan diam melihat hambahnya berusaha dalam menuju
kebaikan, akhirnya bertemulah Pak Maksum dengan orangtua dan beberapa pemuda
baik. Mereka langsung berusaha membantu Pak Maksum. Ada yang
memperbaiki motornya, men-charge HP-nya, mencarikan makan-minum, membuka
internet untuk mencari tujuannya, memberikan uang, dan mengantarnya ke
Darul Hijrah. Akhirnya sesampai di
tempat tujuan, bapak tua berbaju taqwa, bersongkok putih, dan bersandal
jepit ini merasakan kelelahan, makhlum Pak Maksum sudah menginjak usia
52 tahun, tapi tekad dan mujahadah ini dia lakukan untuk memastikan
putranya berangkat sampai tujuan dengan keadaan selamat dalam belajar
menghafal Al-Qur’an di Surabaya. Sebelum dia menginjakkan kaki di kampus
Darul Hijrah, beberapa orang berpakaian polisi menghampirinnya.
“Pak, Ngapain bapak disini ?” tanya salah satu dari polisi tersebut.
“Menenggok anak saya yang masuk di sekolah barunnya.” jawab ayah dari 5 anak ini.
“Kalau
bapak berkendara tolong dijaga peraturannya, jangan asal ngegas saja,
jangan diulang lagi ya” tanya kembali polisi yang mengikutinya saat
berada di wilayah Sidoarjo.
Dia
menjelaskan bahwasanya sepeda motor yang dia miliki memang kendaran yang
harus saya beli untuk kebutuhan yang sebelumnya hanya memiliki sepeda
buntut tua, sepeda motor ini dibeli dengan harga 800 ribu. Tapi anehnya,
motor yang sebelumnya masih ada riting menyala, tiba-tiba konslet,
lampu putus, dan akhirnya dia servis berulang-ulang kali, apa adannya
namanya juga sepeda lama akan cepat terasa hasilnya, salah satunya mudah
rewel.
“Berkali-kali saya service
motornya, sampai ganti lampu baru, tapi kok setelah diservice malah
tambah rusak, akhirnya saya putus semua kabel dan lampunya sampai
terlihat tulang belulangnya,” ujar lelaki yang tinggal di Desa Kuningan,
Kec. Kanigoro, Kab. Blitar.
“Tulang keliling dunia, motor jelek luar biasa, apalagi memakai motor sehat sangat luar biasannya,” imbuhnya.
Hidup Sederhana
Hidup dalam serba kekurangan tidak membuat Pak
Maksum putus asa dalam menghantarkan putranya kejenjang pendidkan yang
baik dalam menuntut ilmu, meskipun pekerjaanya hanya seorang pencari
barang bekas (Pemulung) dia bertekad bahwasannya anak-anaknya harus bisa
mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Serupa
dengan putranya, Rohmatullah pantang menyerah, semangat mencari ilmu
terlihat dari cara hidupnya semenjak bersekolah di SD Integral Yaa
Bunayya, Blitar. Khairul umam.S.Pd.I., M.Pd.I selaku Kepala Sekolah nya
menggambarkan bahwasannya Rohmatullah anaknya tidak pernah gengsi dengan
teman-temannya yang rata-rata kehidupannya lebih baik dari secara
finansial. Keseharian Rohmatullah tinggal di Pusat Pendidikan Anak
Sholeh (PPAS) Hidayatullah Blitar, anak yang
sangat aktif mengikuti kegiatan, tiap pagi bersih-bersih kampus,
sekolah, mengaji dan menghafal Al-Qur’an.
“Orangnya
jujur, prestasi akademiknya bagus, hafalannya juga lancar, bapak ibunya
seorang pemulung tapi semangat belajarnya patut diacungi jempol,” ujar lelaki
asal Sumenep, Madura ini.
Pesantren
Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah, Surabaya ini didirikan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) Jawa Timur yang sudah dikenal banyak masyarakat dari
penjuru Nusantara dalam mencetak kader penghafal Al-Qur’an. (Sumber)
Post a Comment